Mewujudkan impian memiliki rumah pribadi semakin sulit di banyak negara, termasuk Indonesia. Menurut laporan terbaru, Indonesia termasuk dalam jajaran lima besar negara dengan harga properti paling mahal jika dibandingkan dengan pendapatan rata-rata penduduknya.
Hal ini menunjukkan bahwa banyak warga Indonesia menghadapi tantangan besar dalam membeli rumah. Dengan rasio harga terhadap pendapatan yang mencapai hampir 50%, aspek keterjangkauan rumah menjadi isu yang serius bagi masyarakat.
Data dari laporan tersebut menunjukkan bahwa Indonesia bahkan melampaui kota-kota seperti Singapura dan Sydney yang dikenal dengan biaya hidup tinggi. Analisis menunjukkan adanya jurang besar antara penghasilan dan harga properti di banyak negara yang dikaji.
Mengenal Laporan Terkait Harga Properti di Indonesia
Laporan ini membandingkan harga rumah di 62 negara pada tahun 2024. Informasi yang digunakan diambil dari base data yang mengukur harga rumah per meter persegi dalam dolar AS dan menyesuaikan dengan pendapatan rata-rata nasional.
Dengan membandingkan faktor-faktor ini, laporan memberikan gambaran jelas mengenai tingkat keterjangkauan rumah di masing-masing negara. Penting untuk memahami bahwa daftar ini mencerminkan tantangan yang semakin meningkat dalam membeli rumah di berbagai negara.
Hasil analisis menunjukkan adanya variasi yang mencolok, bahkan negara-negara yang tergolong berkembang pun kini menghadapi kesulitan dalam menyediakan rumah yang terjangkau. Ini menyoroti bahwa masalah keterjangkauan rumah bukan hanya masalah lokal, tetapi juga bersifat global.
Penyerapan Data dan Temuan yang Menarik
Data yang digunakan dalam laporan ini mencakup informasi dari berbagai sumber yang kredibel, termasuk Numbeo. Informasi tersebut dikumpulkan hingga 10 September 2024 untuk memberikan gambaran terbaru mengenai harga dan pendapatan.
Penting untuk dicatat bahwa negara dengan harga rumah termahal tidak selalu berasal dari negara maju. Justru, banyak negara dengan perekonomian lebih rendah malah menunjukkan harga properti yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan pendapatan nasionanya.
Turki, sebagai contoh, mencatatkan angka yang mencolok saat harga rumah dibandingkan dengan pendapatan. Ini memberikan gambaran bahwa kondisi pasar properti bisa menjadi lebih tidak terjangkau, bahkan di negara yang berpendapatan rendah.
Daftar Negara dengan Keterjangkauan Rumah Terendah
Laporan menyajikan wawasan mengenai negara-negara dengan harga rumah yang paling tidak terjangkau. Salah satu yang paling mencolok adalah Turki, dengan rasio harga rumah terhadap pendapatan mencapai 81,45%. Ini menunjukkan tantangan besar bagi masyarakatnya untuk memiliki rumah.
Negara-negara lain yang juga masuk dalam daftar adalah Nepal dan India, yang memiliki rasio masing-masing 59,04% dan 49,86%. Keterjangkauan rumah di negara-negara ini semakin mengusik, mengingat kebutuhan dasar akan tempat tinggal seharusnya lebih mudah dicapai.
Indonesia, menempati posisi keempat dalam daftar tersebut dengan rasio 48,35%. Hal ini menciptakan ancaman bagi sejumlah besar orang yang berjuang untuk memiliki hunian sendiri, mengingat mereka harus membayar sebagian besar pendapatan mereka untuk memenuhi kebutuhan perumahan.
Faktor Penyebab Keterjangkauan Rumah yang Makin Parah
Krisis keterjangkauan rumah bukan hanya disebabkan oleh tingginya harga properti; ada juga faktor-faktor eksternal yang memperburuk kondisi ini. Inflasi yang tinggi menjadi salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap lonjakan harga.
Kenaikan suku bunga juga berperan dalam memperburuk masalah ini, dimana banyak orang mungkin akan kesulitan untuk membayar cicilan rumah. Dengan stagnasi upah yang terjadi di banyak negara, situasi ini menjadi semakin rumit untuk diatasi.
Dampak dari semua faktor ini menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh individu dan keluarga dalam mencari tempat tinggal layak. Adanya masalah keterjangkauan rumah adalah refleksi dari kebijakan ekonomi yang perlu dievaluasi dan ditangani lebih lanjut oleh pemerintah.