Nicholas Saputra Bersama Kelompok Penenun Sumba Timur NTT, Tenun Simbol Budaya dan Lebih dari Itu

Pada Jumat, 12 Desember 2025, aktor Nicholas Saputra berpartisipasi dalam kegiatan penting yang merayakan keindahan wastra Sumba Timur. Acara ini menandai puncak dari program Pembinaan Wastra Warna Alam, yang akan berjalan hingga 2025.

Diadakan di Nusa Tenggara Timur, kegiatan ini melibatkan 50 penenun dari empat kelompok yang berbeda. Program ini bertujuan untuk memperkenalkan keragaman wastra dan teknik pewarnaan alami yang digunakan dalam penenunan tradisional.

Nicholas Saputra tampil kasual dan mengundang perhatian dengan kemeja biru tua bermotif kotak dan celana hitam polos. Selama acara, ia tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga berinteraksi dengan para penenun untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Menggali Potensi Wastra Sumba Timur dalam Program Pembinaan

Kegiatan ini diikuti oleh penenun dari kelompok Kambatatana, Wukukalara, Kawangu, dan Prai Kilimbatu yang menunjukkan keahlian mereka. Setiap kelompok membawa keunikan tersendiri dalam seni tenun yang mereka peragakan.

Selama acara, Nicholas berdiskusi dengan para penenun tentang proses penciptaan wastra mereka. Diskusi ini bertujuan untuk membuka peluang bagi kolaborasi dalam memperkenalkan wastra kepada masyarakat luas.

Pewarnaan dari bahan alami pun menjadi topik penting dalam dialog tersebut. Nicholas berkesempatan untuk langsung melihat kebun tanaman bahan pewarna yang dikembangkan oleh kelompok penenun, yang menunjukkan bagaimana keindahan alam dapat diaplikasikan dalam seni.

Menyelami Makna Filosofis di Balik Motif Wastra

Salah satu daya tarik utama dari koleksi wastra NTT adalah motif-motif yang mengandung makna filosofis mendalam. Setiap motif tidak hanya berfungsi estetis, tetapi juga mencerminkan tradisi dan kehidupan masyarakat Sumba.

Pemeriksaan mendalam terhadap motif dibuat oleh penulis Diana Timoria, yang merekam esensi budaya Sumba dalam karya-karyanya. Karya-karya ini seperti “Menenun Rasa, Mengikat Masa” menjadi representasi yang kuat dari makna di balik setiap tenunan.

Syair yang ditulis oleh Diana kemudian dibacakan oleh para penenun selama acara. Ini menjadi momen yang menggugah, menghidupkan kembali tradisi yang melalui penulisan dapat diwariskan ke generasi selanjutnya.

Pentingnya Memperkenalkan Wastra pada Generasi Muda

Program ini tidak hanya tentang perkenalan terhadap wastra, tetapi juga upaya untuk melestarikan tradisi. Dengan melibatkan generasi muda, diharapkan wawasan tentang seni tenun Sumba dapat terus tumbuh.

Melalui kolaborasi antara seniman dan penenun lokal, wastra Sumba bisa mendapatkan perhatian lebih. Ini adalah langkah penting untuk mengangkat dan melestarikan nilai-nilai budaya yang ada.

Kegiatan seperti ini memiliki potensi untuk menciptakan kesadaran akan keberagaman budaya di Indonesia. Masyarakat diharapkan dapat lebih menghargai seni tradisional dan kearifan lokal yang tersembunyi dalam setiap pola yang ditenun.

Related posts