TNI Menyelamatkan 20 Warga dari Situasi Berbahaya

Aksi heroik Sertu Giman Syahputra, seorang prajurit TNI di Koramil 02/Karang Baru, patut dicatat dalam buku sejarah kemanusiaan. Di saat bencana banjir melanda wilayah Sumatra, keberaniannya menuntut perhatian dan penghargaan dari masyarakat luas.

Peristiwa tersebut terjadi pada 26 November ketika banjir melanda Kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang. Air meluap hingga lebih dari empat meter, menghadang jalan dan mengancam keselamatan banyak warga yang terjebak di dalam rumah mereka.

Sejak awal bencana terjadi, Sertu Giman tidak tinggal diam. Pikirannya dipenuhi oleh rasa tanggung jawab dan empati kepada tetangga serta warga lain yang terjebak dalam bencana tersebut.

Perjuangan di Tengah Banjir yang Meluap

Air terus meninggi dengan cepat, menyisakan waktu yang sangat sedikit untuk menyelamatkan diri. Setelah menghadiri undangan dari kepala desa, Giman mendapati semua barang di rumahnya terancam, tetapi ia memilih untuk fokus menyelamatkan orang lain terlebih dahulu.

Ketika menerima telepon dari tetangga minta tolong, Giman segera menyusun rencana. Bersama istrinya, ia mendobrak dinding rumah yang terendam, berusaha mengevakuasi delapan orang di dalamnya, termasuk seorang bayi berusia dua bulan.

Dalam proses penyelamatan, Giman merasa gelisah. Arus air yang deras dan bahayanya puing-puing dari bangunan tak dapat dihindari. Meskipun penuh risiko, ia bertekad melawan arus demi keselamatan orang lain.

Heroisme yang Tak Terduga: Menyelamatkan Puluhan Warga

Berbekal ban dan pelampung yang ditemukan, Giman meluncur ke dalam air yang berbuih. Ia menjadi sosok pahlawan, berenang bolak-balik untuk menolong aria yang terjebak, bahkan di tengah ketidakpastian yang melanda.

Di satu titik, Giman menemukan enam orang terjebak di atap seng. Dengan penuh tekad, ia berhasil mengevakuasi mereka satu per satu menggunakan ban yang disediakan. Rasa lelah dan ketidakpastian tidak menghentikannya untuk terus bergerak.

Perjuangannya tidak berhenti di sana. Setelah mengevakuasi enam orang, ia kembali ke lokasi lain, di mana tujuh orang lain menunggu untuk diselamatkan. Situasi semakin genting ketika seorang anggota TNI dan anaknya juga tersangkut dalam arus banjir.

Pertarungan Melawan Waktu dan Air Deras

Dengan arus deras yang mengancam keselamatannya, Giman tetap tak gentar. Dia meminta warga untuk mencarikan ember agar dapat mengevakuasi bayi dengan lebih aman. Membawa sebuah bayi di tengah bencana adalah tantangan tersendiri yang memerlukan kekuatan mental dan fisik yang luar biasa.

Meski rumahnya mengalami kerusakan dan keluarganya juga dalam ancaman, Giman tidak mengenal lelah. Dia terus berjuang, berpikir bahwa tugasnya sebagai prajurit adalah melindungi masyarakat. “Saya tidak tega, saya sebagai manusia harus menolong,” ketusnya dalam wawancara.

Keesokan harinya, Giman kembali ke medan penyelamatan dengan semangat yang sama. Menggunakan rakit ban sederhana, ia berhasil mengevakuasi empat warga lain yang terjebak di pohon sawit. Tindakan berani itu menjadi langkah krusial dalam mendukung evakuasi lebih banyak korban.

Makna Sejati dari Kemanusiaan dalam Bencana

Akibat bencana, rumah Giman rusak parah, tetapi dia tetap mengungkapkan rasa syukurnya. “Yang penting orang-orang selamat,” ujarnya sambil tersenyum. Semangat juangnya menjadi pelajaran berharga tentang arti kemanusiaan di tengah bencana.

Ketika ditanya mengenai keputusannya untuk mengambil risiko besar demi menyelamatkan orang lain, Giman menyatakan bahwa moral dan kemanusiaan adalah faktor pendorong utamanya. Ia menyadari betapa pentingnya memiliki hati nurani untuk menolong sesama.

Melalui pengalaman yang luar biasa ini, Sertu Giman Syahputra mengingatkan kita semua untuk tetap peduli dan membantu sesama terutama dalam situasi terburuk. Kemanusiaan akan selalu menjadi prioritas, meskipun dalam kondisi paling sulit sekalipun.

Related posts