Piala Dunia U-17 2025 akan segera digelar, namun ada berita mengejutkan tentang beberapa negara juara yang tidak akan berpartisipasi. Meski jumlah peserta meningkat dua kali lipat dibanding edisi sebelumnya, tiga negara juara justru gagal lolos ke kompetisi tersebut.
Nigeria, yang memegang rekor sebagai negara dengan gelar juara terbanyak dalam sejarah Piala Dunia U-17, mengalami masa sulit. Mereka memenangkan trofi tersebut lima kali, namun generasi pemain sekarang tidak mampu mencapai standar yang sama dengan pendahulu mereka.
Setelah gagal lolos di Piala Dunia U-17 2023 yang diadakan di Indonesia, Nigeria kembali terpuruk tanpa bisa berpartisipasi dalam edisi 2025 yang akan dilaksanakan di Qatar. Ini adalah pukulan besar bagi sepak bola Nigeria yang terkenal dengan prestasi juniornya.
Sejarah Kejayaan Nigeria di Piala Dunia U-17
Nigeria meraih kejayaan di Piala Dunia U-17 pada tahun 1985, 1993, 2007, 2013, dan 2015. Penting untuk diingat bahwa kesuksesan ini telah menetapkan standar yang tinggi bagi generasi pemain selanjutnya. Namun, sejak beberapa tahun terakhir, prestasi di tingkat internasional mengalami penurunan yang signifikan.
Kegagalan di Piala Dunia U-17 2023 menjadi sinyal bahwa ada masalah mendasar dalam pengembangan pemain muda Nigeria. Negara ini dikenal dengan bakat luar biasa, namun pendekatan dalam pengembangan yang ditetapkan tampaknya perlu dievaluasi kembali.
Kekalahan Nigeria di kualifikasi Piala Afrika U-17 2025, di mana mereka tersisih di semifinal melawan Pantai Gading, menunjukkan bahwa tantangan yang dihadapi lebih besar dari yang terlihat. Generasi baru harus bekerja keras untuk mendapatkan kembali reputasi mereka di panggung dunia.
Kegagalan Ghana dan Perubahan Zaman
Ghana juga menghadapi kenyataan pahit dengan ketidaklulusan mereka dari Piala Dunia U-17 2025. Negara ini sebelumnya berjaya di turnamen pada tahun 1991 dan 1995, namun kini harus melihat dengan cemas saat pelaksanaan kualifikasi.
Seperti Nigeria, Ghana juga tidak bisa berbuat banyak di Kualifikasi Piala Afrika U-17 dan tersingkir di semifinal setelah kalah dari Burkina Faso. Kegagalan ini mencerminkan pergeseran dalam peta kekuatan sepak bola dunia, terutama di kalangan negara-negara Afrika.
Dalam konteks yang lebih luas, ini menunjukkan bahwa kekuatan tradisional di sepak bola anak muda di dunia, khususnya di Afrika, sedang menghadapi tantangan dari negara-negara lain yang semakin berkembang. Kebangkitan tim baru menjadi tanda bahwa sepak bola terus bertransformasi.
Uni Soviet dan Sejarah yang Hilang
Satu negara juara lainnya yang juga tidak akan hadir adalah Uni Soviet. Meski berprestasi di masa lalu, kemunculan dan pembubaran negara ini menjadi salah satu cerita menarik dalam dunia sepak bola. Kini, nama Uni Soviet hanya dikenang dalam catatan sejarah.
Piala Dunia U-17 2025 yang akan berlangsung dari 3-27 November, menjadi kesempatan bagi tim-tim baru untuk menunjukkan bakat mereka. Sementara tim-tim tradisional seperti Nigeria dan Ghana harus berusaha membangun kembali fondasi mereka untuk masa depan.
Dengan perkembangan yang terjadi di banyak negara, kita dapat menyaksikan pelajaran berharga dari kegagalan ini, sekaligus memberi inspirasi bagi generasi muda yang ingin berpartisipasi dalam kompetisi dunia. Di tengah ketidakpastian ini, harapan untuk kebangkitan tim-tim tradisional masih bisa terjaga jika langkah bijak diambil.
