Tenaga medis dari Provinsi Sulawesi Selatan telah menetapkan layanan medis darurat di Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh. Keadaan di wilayah tersebut sangat memprihatinkan, dengan fasilitas kesehatan yang rusak parah dan rumah-rumah warga yang tertutup lumpur tebal akibat banjir dan longsor.
Layanan darurat ini dibuka untuk menyelamatkan korban bencana dan meringankan beban masyarakat yang sangat terdampak. Koordinator Tim Medis Pemprov Sulsel untuk Bencana Sumatera, Arman Bausat, menyatakan bahwa kondisi di lapangan masih sangat jauh dari normal.
“Lumpur masih sangat tebal di rumah-rumah warga. Masyarakat tidak bisa berbuat banyak karena lumpur sulit dikeluarkan,” kata Arman dalam pernyataan resmi yang disampaikan pada tanggal 13 Desember.
Dalam situasi yang serba terbatas, para tenaga medis dibagi menjadi dua tim. Sekitar 60 tenaga kesehatan dikerahkan langsung ke lapangan dan berjaga di 14 posko kesehatan yang tersebar di berbagai kecamatan yang terkena dampak.
Setiap posko dihuni oleh 5 hingga 6 tenaga medis, terdiri dari dokter spesialis, dokter umum, dan perawat. Mereka tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan, namun juga menyalurkan obat-obatan serta bantuan logistik seperti beras dan kebutuhan sehari-hari kepada warga yang membutuhkan.
Proses Pemulihan dan Tantangan di Lapangan
Sementara itu, sekitar 25 dokter spesialis juga bertugas di rumah sakit untuk menangani kasus-kasus berat. Para dokter tersebut berasal dari berbagai spesialisasi seperti bedah umum, ortopedi, penyakit dalam, saraf, THT, hingga kedokteran gigi dan telah bertugas selama dua hari.
Arman menekankan bahwa tantangan terbesar saat ini adalah kondisi rumah sakit yang belum pulih sepenuhnya. Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Muda Sedia Aceh Tamiang baru kembali beroperasi empat hari yang lalu, sedangkan kamar operasi hanya dapat digunakan dua hari terakhir.
“Sebagian besar ruang perawatan, ICU, laboratorium, dan radiologi masih tertutup lumpur,” bebernya. Situasi ini membuat penyediaan layanan kesehatan menjadi sangat sulit dilakukan.
Selain itu, para tenaga kesehatan harus berjuang dengan lumpur setinggi sekitar 1,5 meter. Mereka bekerja sama dengan TNI untuk membersihkan ruang poliklinik yang terendam lumpur sebagai akibat dari banjir dan longsor yang parah.
Tantangan tambahan juga muncul dari terbatasnya akses ke obat-obatan dan peralatan medis yang diperlukan untuk menangani pasien. Meskipun demikian, pelayanan medis tetap berjalan meski dalam kondisi yang tidak ideal.
Kebutuhan Mendesak dan Respons Tenaga Medis
Beberapa korban bahkan harus menjalani tindakan operasi darurat akibat patah tulang dan cedera serius yang disebabkan tertimpa kayu atau material bangunan saat bencana itu terjadi. Hal ini menambah beban para tenaga medis yang sudah bekerja keras dalam situasi yang sangat menantang.
Pada waktu-waktu tertentu, koordinasi antar tim medis perlu diperkuat agar sumber daya bisa dimanfaatkan secara optimal. Melalui komunikasi yang baik, kendala-kendala yang ada dapat diatasi dengan lebih efisien.
Dari laporan yang diterima, jumlah pengungsi terus meningkat akibat bencana yang berlangsung. Dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar para korban, yang kini sangat tergantung pada bantuan dari luar.
Masyarakat setempat berupaya keluar dari situasi ini dengan sangat terbatasnya sumber daya. Bantuan yang datang baik dari pemerintah maupun organisasi non-pemerintah menjadi harapan bagi mereka untuk bisa kembali ke kehidupan normal.
Upaya pembersihan dan pemulihan infrastruktur rumah sakit hingga fasilitas kesehatan lain yang rusak adalah hal yang sangat mendesak. Kesigapan respon dari tenaga medis, tentara, dan relawan lainnya juga menjadi kunci dalam proses pemulihan ini.
Harapan untuk Masa Depan
Sambil menunggu bantuan berlanjut, masyarakat berharap agar pemerintah lebih memperhatikan infastruktur kesehatan yang ada. Bagaimanapun juga, akses kesehatan merupakan aspek penting yang harus dipenuhi dalam situasi darurat seperti ini.
Kerja sama antara berbagai instansi dan organisasi sangat dibutuhkan untuk membentuk sistem yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat yang terdampak bencana. Selain bantuan medis, perhatian terhadap psikologis masyarakat juga harus diperhatikan agar mereka dapat segera pulih.
Tenaga medis, dengan segala keterbatasan, tetap berkomitmen untuk memberikan perawatan terbaik bagi korban. Setiap tindakan kecil dapat memberi dampak besar bagi hidup seseorang, terutama di tengah bencana yang terjadi.
Keberanian dan dedikasi para tenaga medis patut diacungi jempol, bahkan dalam keadaan yang sangat sulit. Dengan dukungan yang memadai, diharapkan mereka dapat terus melanjutkan pelayanan dan membantu pemulihan masyarakat secara berkelanjutan.
diharapkan agar masyarakat terus bersatu dan saling membantu. Kehadiran berbagai organisasi sosial dan relawan akan sangat membantu dalam mempercepat proses pemulihan di Aceh Tamiang.
